Kabar duka di kalangan dunia pemberdayaan masyarakat desa begitu tersentak. Tersiar kabar seorang Pemimpin Jawa Timur — sang Koordinator Tenaga Pendamping Profesional, Andry Dewanto Ahmad, berpulang ke haribaan Yang Maha Kuasa, Kamis 29 Juli 2021, usai menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Kota Malang.
Hari itu, media whatsapp pada gawai saya dibanjiri oleh tema kedukaan. Notifikasi pesan dari grup-grup terus berdenting dan bermunculan, tidak putus-putus. Beranjak ke dinding sosial media, facebook, para sahabat aktifis juga terlihat begitu kehilangan sosok teladan. Segala postingan muncul dengan berbagai rangkaian kalimat kehilangan mendalam. Beberapa bahkan mengunggah momen istimewa–kenangan manis, berswafoto bersama sosok Almarhum senior sekaligus sahabat, Andry Dewanto Ahmad.
Saya secara pribadi mendengar nama sahabat Andry Dewanto Ahmad sejak tahun 1999. Kala itu nama Mas Andry sangat masyhur di kalangan mahasiswa. Ia adalah Idola. Sedangkan cerita perkenalan saya dengan beliau bermula tatkala beliau mempersiapkan diri ke kota Medan guna menunaikan panggilan kontestasi Calon Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII). Semua aktifis berbicara tentang nama Andry Dewanto Ahmad dari Malang Jawa Timur. Ia menjadi magnet perbincangan yang santer.
Di alam batin saya, Mas Andry begitu kami menyebut namanya, adalah sosok aktifis mahasiswa yang sangat keren. Kesan saya dapati semasa awal kuliah di Malang. Dan hal itu terus berlangsung hingga kesempatan bertemu semakin kerap dan cepat, tepatnya ketika saya menjadi Pengurus Cabang PMII Kota Malang, sebagai Seketaris Umum mendampingi sahabat Agus Choidory, medio tahun 2003-2004.
Dengan Mas Andre, tentu banyak sekali kami berinteraksi. Kerap sekali ujung dari interaksi itu membebani dan merepotkan beliau. Harus bagaimana lagi? Beliau memang salah seorang senior kami di PMII.. Dan alhamdulillah beliau sangat menyadari tanggungjawabnya untuk memperhatikan kami, adik-adiknya. Kami sebagai adik angkatan, kerap menyita waktu Mas Andry untuk menjadi narasumber. Kami juga kerap meminta donasi kepada Mas Andry demi menopang berbagai kegiatan organisasi. Namun, beliau yang kebetulan menjadi Ketua KPUD Kabupaten Malang itu selalu jadi solusi segala kebuntuan kami, Mas Andry selalu mentransmisikan spirit berkhidmat dalam organisasi. Jadinya, kalau kami keluar dari ruangan beliau, selalu dalam keadaan full battery, semangat terang menyala, cerah-ceria..
Citarasa kekeluargaan Mas Andry memang patut diacungi jempol. Tidak berhenti hanya di jiwanya saja, melainkan kekeluargaan beliau dengan kami adik-adiknya juga disambut baik oleh istri beliau, yakni Ibu Syarifah Hikmah Bafaqih. Sungguh kami melihat beliau berdua ialah pasangan hidup yang “klop”, sama-sama dari kalangan aktifis. Dan, semasa saya menjadi Sekretaris Umum Pengurus Koordinator Cabang PMII Jawa Timur, kami di kepengurusan terus saja merepotkan beliau berdua.
Kebanggaan saya sebagai salah satu kader Mas Andry barangkali seperti kuah dalam sepiring nasi. Kami semua bangga mendengar Mas Andry telah melakukan pencapaian baru, tepatnya saat menjabat sebagai Ketua KPU Propinsi Jawa Timur. Meski demikian beliau tidak berubah, “nggak manglingi”, masih bersedia mendengar kabar kami dan luangkan waktu berdiskusi di sela-sela kesibukannya. Mas Andre baik sekali, tidak ‘under-estimate’ dengan lawan bicara, apalagi mendengar letupan ide dan kreatifitas dari kader seperti kami yang baru saja belajar berbicara dan menyusun narasi.
Suatu waktu, saya bersama seorang sahabat saya Ahmad Dahlan aktifis pemerhati anggaran (FITRA), kami telah diberikan ruang dan kesempatan untuk melakukan kegiatan profesional yakni melakukan telaah pengkajian anggaran KPU secara mendalam. Walhasil, rangkaian proses proyek kami ini menyimpulkan bahwa Mas Andry adalah sosok yang sangat profesional, terbuka, dan transparan.
Sampai pada perjalanan pengabdiannya yang terakhir di dunia pemberdayaan, Mas Andry didapuk menjadi Koordinator KPW, Konsultan Pendamping Wilayah Propinsi Jawa Timur. Sedangkan saya menjadi Koordinator Tenaga Ahli Kabupaten Lamongan. Nah, ketemu lagi diprofesi ini, saya sangat mensyukurinya. Kami pun pada akhirnya sangat sering sekali jumpa, mengobrolkan urusan pekerjaan formal sampai non-formal.
Mas Andry selain aktifis intelektual yang sangat cerdas, beliau juga mampu bersosialisasi dengan cepat dengan berbagai komunitas. Dengan orang-orang baru di sekelilingnya. Di Kabupaten Lamongan, misalnya, sosok beliau merupakan bapak dan guru bagi seluruh pegiat pemberdayaan. Beliau sungguh sangat cakap dalam menguraikan sesuatu yang seolah sulit dan rumit menjadi bahasa yang mudah disimak. Jadinya orang merasa enak memahami bahkan sangat mungkin merasuk ke dalam hati. Hal ini juga dirasakan bagi sahabat atau mitra kerja saya yang baru kenal dengannya. Decak kagum orang dengan kepintaran dan kejeniusan serta relegiusitasnya, seolah jadi hasil akhir dari tiap perjumpaan bersama Mas Andry.
Pernah suatu hari saya berujar kepada teman kerja kabupaten lain dan menyampaikan, “Alhamdulillah kabupaten Lamongan sering dikunjungi oleh Pak Andre Dewanto”, sontak teman saya pun menyergah, “Ora Ngonmu tok sing ditekani mas Andry kabupaten ku Yo sering, (tidak hanya Lamongan yg sering di kunjungi oleh mas Andry)”.. Dan benar adanya jika melihat postingan Facebook dari kabupaten lain juga dikunjungi oleh beliaunya!. Batin saya terkesiap, berkata lirih, “Bagaimana bisa Mas Andry membagi waktu dan mampu menjangkau begitu banyak kabupaten dan ternyata semua beliau kunjungi tidak hanya dengan kata pernah tapi menyampaikan sering.. Subhanallah”
“Mas Andry.. Mas Andry.. Sampean makhluk ALLAH SWT yang sangat baik. Tentu saja banyak keistimewaan yang pasti luput jika diceritakan semua. Kebaikan pikiran, waktu dan juga harta benda sampean telah diberikan dalam jalan pengabdian panjang dan berlekuk. Saya bersaksi, Mas Andry tidak ada sedikit yang menyatakan engkau adalah sosok Lelaki yang hampir hampir sempurna,” begini isi batin hingga kini.
Saya membingkai dua momentum istimewa bersama Mas Andry. Pertama, saat itu cukup formal. Mas Andry, menjadi penggungkit amplitudonya naik semua, di kala ribuan pendamping ada paparan langsung dari Dirjen Kemendesa namun disaat engkau masuk keruangan acara, semua peserta menyambut Gemuruh sholawat. Sampai sampai pak Dirjen pun memuji dengan Mengatakan “Wah wah Baru Kali ada Seorang dirjen dikalahkan oleh Korprov”.
Kedua, ketika beliau mengambil kebijakan yang ekstrim tapi berdampak perubahan luar biasa. Saat rapat TA Se-Jawa timur di salah satu hotel di Malang. Meniadakan absensi di meja resepsionis. Setiapkali forum yang diadakan tidak perlu diabsensi, anehnya semua kursi tersisi. Yang beliau sampaikan kala itu, “Pekerjaan ini baik, dan untuk kebaikan. Maka panggilan hati yang akan menggerakkan..”. Ujaran ini akan saya genggam dan akan saya bagikan kepada semua sahabat, begitu tekad saya sebagai jariyah untuk Mas Andry.
Mas Andry mungkin orang paling ganteng di Pendamping Profesional, juga sangat aktif memberikan pencerahan melalui media sosial. Sinyal bahwa beliau akan menghadap kepada kekasihnya Ilahi Robbi seolah sudah diberikannya, saya melihat postingan terakhir di FB Mas Andry tanggal 4 Juli 2021.
Begini tulisannya :
SANG COVID
“(Saya ingin melihat covid dari sudut pandang yang berbeda. Menurut pemerintah, dokter, WHO bahkan para ulama bahwa covid memang ada. Mana? Tak kasat mata alias sebangsa gaib! Kata saya Covid itu bagaikan tentara elit semacam paskhas (pasukan khusus). Ia bekerja by order. Order Tuhan yang Maha perkasa Allah SWT. Kecepatan dan daya tembusnya bagaikan agen 007, namun tanpa partner cantik. Hehe..
Covid menular dg masa tugas, durasi waktu, target akibat dan target sasaran yang detail, tak pernah meleset. Sebelum masa tugas habis ia takkan menghentikan misi. Manusia akan berupaya dg akal budinya menanggulangi covid, lalu lahirlah kebiasaan baru disebabkan olehnya. Disebabkan olehnya kaum miskin sedunia disupport pemerintahnya dg makananan dan uang dalam masa yg relatif panjang. Pusat bisnis termasuk judi dan hiburan sepi, para perempuan menutup wajahnya tak dipersoalkan. Malah kalau pas apes tidak mengenakan masker kena operasi dihukum menyanyi lagu kebangsaan atau push up.
Gegara covid, orang lebih lama berkumpul keluarga, pembudayaan cuci tangan, menjaga jarak, mentradisinya silaturahim meski jarak jauh (daring), dll. Jadi jelas ya covid itu ada, jangan diragukan lagi, tapi jangan takut pada covid. Cukup banyak sudah yg kita takuti seperti: takut pada Allah SWT, takut ortu, takut aparat penegak hukum, takut pasangan hidup suami/isteri, takut hantu, takut petir, takut binatang buas, takut tikus, takut ular, takut cacing, takut penjahat. Sudah banyak bukan? Jadi tak perlu menambah sumber ketakutan baru. Ada lagi sih yg menakutkan lainnya semisal: takut gak punya uang dan takut lapar. Hehe
Saran isteri, katanya: ikuti petunjuk pemerintah ttg prokes. kata saya: taat pemerintah yes, namun jangan phobia, sewajarnya. Soal mati hidup itu pasti akan kita temukan juga, kita hanya diminta berupaya tdk mati sia-sia. Bekal mati yg perlu kita renungkan kawan. Mari trus berjuang menjadi orang yang baik dan jangan lupa bahagia.).
Bismillahirrohmanirrohim Allahumma Indonesia aman.”
Mas Andry, kami semua mencintai sampean. Terlebih keluarga sampean. Namun bagaimana lagi, sampean dikehendaki lebih dulu untuk berjumpa dengan kekasihmu yang sejati.
Mas Andry, ribuan orang tiap hari akan mendoakanmu mas Andry. Alfatihah.
(Penulis : Iskandar NH.)